Harianpemalang,id, Pemalang – Warga Dukuh Pesalakan, Desa Pegongsoran, Kecamatan Pemalang, rupanya telah kehilangan kepercayaan terhadap Pemerintah Kabupaten Pemalang terkait penanganan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pesalakan. Kekecewaan mendalam ini dipicu oleh pengalaman warga yang merasa janji-janji pemerintah selama ini tidak pernah ditepati, sementara dampak buruk TPA terus mengganggu kehidupan mereka.
Iskanto anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pegongsoran, menyampaikan bahwa program Pemerintah Kabupaten Pemalang untuk melakukan penanganan dan penutupan paksa TPA Pesalakan sebenarnya dinilai sangat baik oleh warga. Namun, Iskanto menilai bahwa momentum pelaksanaan program tersebut saat ini belum tepat.
“Program Pemkab Pemalang untuk penanganan TPA Pesalakan, termasuk penutupan, itu baik. Hanya saja, moument-nya yang belum tepat. Karena masyarakat Desa Pegongsoran, khususnya di Dukuh Pesalakan, hingga sekarang belum percaya dengan pemerintah,” ujar Iskanto.
Menurut Iskanto, program penataan TPA, termasuk rencana pembangunan ruang terbuka hijau dan sport center, akan lebih efektif jika dilakukan ketika masyarakat sudah merasa tenang dan tidak lagi dihantui kekecewaan. “Jika itu bisa dilakukan pada momen yang pas, dimungkinkan program pemerintah tersebut baru bisa ditawarkan kepada warga masyarakat,” katanya.
Iskanto menjelaskan bahwa penolakan warga terhadap potensi dibukanya kembali TPA Pesalakan berkaitan erat dengan program pembangunan ruang terbuka hijau yang dijanjikan. Masyarakat Dukuh Pesalakan merasa sering kali dikecewakan oleh pemerintah, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan seratus persen.
“Meskipun memberikan janji TPA Pesalakan akan dijadikan sebagai ruang terbuka hijau dan sport center, warga masyarakat tidak mau. Karena sudah tidak percaya lagi kepada Pemerintah Kabupaten Pemalang,” tegasnya.
Untuk memulihkan kepercayaan warga, Iskanto menyarankan agar pemerintah daerah melakukan pendekatan yang lebih personal kepada masyarakat. Upaya tersebut bisa dilakukan melalui metode door to door atau bahkan pendekatan langsung dari Bupati Pemalang ke rumah-rumah warga.
“Upaya yang bisa dilakukan mungkin dengan cara door to door. Atau melakukan pendekatan ke rumah-rumah warga yang dilakukan oleh bupatinya sendiri. Melalui pendekatan dari rumah warga ke rumah warga yang dilakukan langsung oleh bupati Pemalang mungkin akan menjadi solusi yang terbaik. Daripada sering melakukan kumpulan namun tidak ada hasilnya, bahkan hanya akan membuat masalah itu semakin ramai, yang tidak ada titik temunya,” ungkap Iskanto.
Lebih lanjut, Iskanto kembali menegaskan, “Sekali lagi intinya warga masyarakat Dukuh Pesalakan belum percaya kepada Pemkab Pemalang.”
Di sisi lain, Iskanto mengakui bahwa program penanganan TPA pasca-penutupan, termasuk reklamasi, adalah langkah yang sangat baik. “Diakui program itu sangat baik, karena setelah pasca penutupan TPA Pesalakan itu, memang harus ada reklamasi,” ujarnya.
Namun, kekhawatiran utama warga adalah potensi terulangnya masalah sampah di kemudian hari. “Hanya saja, yang dikhawatirkan oleh warga masyarakat, ketika sudah dilakukan reklamasi dan sampah yang lama itu habis, nantinya akan ada sampah baru yang masuk ke TPA Pesalakan lagi,” pungkas Iskanto, menyiratkan harapan agar pemerintah dapat memberikan jaminan yang kuat terkait pengelolaan sampah di masa depan.( Joko Longkeyang ).