Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
ArtikelBeritaHeadline NewsPemerintahan

Membumikan Semangat Sumpah Pemuda di Dunia Kesehatan

55
×

Membumikan Semangat Sumpah Pemuda di Dunia Kesehatan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Harianpemalang.id, Pemalang — Dalam momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, dr. Darmanto, Sp.D, Dokter RSUD Kabupaten Pemalang, mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya tenaga kesehatan, untuk membumikan semangat Sumpah Pemuda di layanan kesehatan. Ia menegaskan, semangat persatuan tidak hanya diucapkan di podium upacara, tetapi harus hadir nyata di lorong rumah sakit, di ruang tunggu puskesmas, di meja farmasi, hingga di bangsal tempat para tenaga kesehatan bekerja.
Menurut dr. Darmanto, ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang menyatukan “satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa” bila diterjemahkan ke konteks masa kini berarti sebuah janji sederhana untuk merawat kehidupan bersama. Nilai persatuan itu, katanya, bukan sekadar hiasan seremoni, melainkan kompas moral yang harus menuntun kerja sehari-hari di dunia kesehatan.“Nilai persatuan itu harus hidup di lorong-lorong rumah sakit, di ruang dokter dan perawat, di tempat di mana napas pasien dijaga setiap hari,” tulisnya dalam artikelnya berjudul Membumikan Sumpah Pemuda di Layanan Kesehatan.

Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa kemajuan layanan kesehatan di Indonesia mulai menunjukkan hasil positif. Cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2025 telah mencapai sekitar 98–99 persen penduduk. Artinya, semakin sedikit masyarakat yang harus memilih antara “sehat atau bangkrut”. Selain itu, indeks kepuasan peserta JKN juga meningkat seiring dengan hadirnya inovasi digital seperti Mobile JKN yang mempercepat pelayanan dan merapikan birokrasi.

Advertisement
Example 300x600
Scroll kebawah untuk lihat konten

Namun, di balik angka-angka keberhasilan itu, dr. Darmanto mengingatkan bahwa masih banyak tantangan yang perlu diperhatikan. Beban administratif seperti pengisian formulir, rekam medis, hingga klaim dan kode INA-CBG, menurutnya, menjadi sumber kelelahan yang nyata bagi para tenaga kesehatan. Riset menunjukkan bahwa burnout di kalangan dokter dan tenaga kesehatan lain dapat berdampak pada penurunan mutu layanan.“Di layar, kita melihat angka. Tapi di lapangan, kita melihat napas yang makin pendek,” tulisnya penuh makna.

Selain itu, ia juga menyinggung isu keamanan kerja tenaga kesehatan. Kasus kekerasan terhadap nakes yang kerap terjadi di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan menjadi perhatian serius. Negara, tegasnya, memang telah melindungi tenaga kesehatan melalui regulasi, tetapi rasa aman itu harus terasa nyata, bukan sekadar tertulis di pasal undang-undang.“Bahasa persatuan perlu diterjemahkan dalam tindakan—dalam komunikasi yang jernih, mediasi yang adil, dan penegakan hukum bila ada kekerasan. Kita butuh ruang bernapas bagi mereka yang setiap hari menjaga napas orang lain,” ungkapnya.

dr. Darmanto juga menyoroti kehadiran Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 yang membawa harapan baru bagi sistem kesehatan nasional. Regulasi ini diharapkan dapat memperkuat tata kelola, pembiayaan, dan sumber daya manusia (SDM) kesehatan, sekaligus menyederhanakan proses pelayanan. Namun, ia mengingatkan bahwa kebijakan tersebut hanya akan bermakna jika mampu diterjemahkan menjadi alur kerja yang lebih sederhana, bukan menambah beban administratif.“Di sinilah Sumpah Pemuda diuji. Apakah ‘satu bahasa’ bisa berarti bahasa yang mempermudah kerja tim lintas profesi demi pasien,” tulisnya reflektif.

Bagi dr. Darmanto, semangat Sumpah Pemuda telah berpengaruh nyata terhadap dunia kesehatan — terutama dalam perluasan akses layanan. Namun, perjuangan belum selesai. Ia menegaskan bahwa mutu layanan, kesejahteraan tenaga kesehatan, dan penyederhanaan birokrasi masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan bersama.“Membumikan sumpah berarti mengubah janji besar menjadi kebiasaan kecil yang konsisten — membuat data yang rapi, empati yang nyata, aturan yang memudahkan, dan keberanian untuk saling menjaga,” pungkasnya.

Ia menutup artikelnya dengan pesan penuh harapan, bahwa “bersatu bukan berarti sama, tetapi seirama” dalam menjaga kesehatan bangsa. Hanya dengan semangat gotong royong dan komitmen bersama, cita-cita rakyat sehat, Indonesia kuat akan benar-benar menjadi nyata dalam denyut kerja tenaga kesehatan di seluruh negeri.

Tanggal:
Pemalang, 28 Oktober 2025
Penulis:
dr. Darmanto, Sp.D – Dokter RSUD Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah
Editor: Ahmad Joko SSp, S.H.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *