Harianpemalang.id – Suatu hari seorang pasien datang ke ruang praktek dokter dengan keluhan gatal-gatal yang dirasakan seluruh tubuh selama 3 bulan terakhir. Setelah dilakukan anamnesis mendalam dan pemeriksaan fisik, maka dilakukan pemeriksaan kadar gula darah pasien. Hasilnya gula darah menunjukkan angka 324 mg/dl kemudian disampaikan bahwa pasien tersebut kemungkinan menderita penyakit gula.
Pasien merasa kaget dengan hasil tersebut, karena belum pernah punya kadar gula darah setinggi itu dan di dalam keluarga nya pun tidak ada yang menderita penyakit tersebut. Pasien pun bertanya apakah penyakit tersebut bisa diobati dok? Apakah bisa sembuh?
Ilustrasi tersebut sering ditemui pada praktek sehari-hari, seseorang yang datang dengan keluhan gatal, penurunan berat badan, pandangan kabur, kesemutan dan keluhan lain, ternyata penyebabnya adalah penyakit gula atau dalam bahasa kedokterannya adalah diabetes mellitus.
Masyarakat mengenal penyakit Diabetes Mellitus atau sering disingkat DM atau diabetes dengan sebutan penyakit gula. Sedangkan penderita diabetes sering disebut sebagai diabetesi. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, karena diabetes adalah suatu kondisi kronis yang ditandai adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Peningkatan kadar gula tersebut terjadi akibat gangguan metabolisme yang menyebabkan diabetesi tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup.
Apakah insulin itu? Insulin adalah hormon alamiah yang ada di dalam tubuh manusia diproduksi oleh bagian tubuh yang disebut pankreas berfungsi mengatur kadar gula darah. Saat produksi insulin yang tidak mencukupi maka terjadi peningkatan kadar gula dalam darah.
Pasien sering terdiagnosa diabetes secara kebetulan karena datang ke dokter dengan keluhan umum seperti gatal-gatal atau pandangan kabur atau sering kencing dan lain-lain seperti ilustrasi diatas.
Berdasar data International Diabetes Federation (IDF) masih terdapat lebih dari 70% penderita diabetes yang belum terdiagnosa, mungkin karena belum pernah periksa atau belum muncul gejala diabetes. Sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kalau dirinya menderita diabetes. Oleh karenya perlu dilakukan skrining masif kepada masyarakat agar penderita diabetes dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan sejak dini. Hal tersebut mengingat kerugian yang sangat besar bagi penderita dan negara, karena tidak hanya menyangkut masalah kesehatan saja tetapi berdampak terhadap perekonomian nasional.
World Health Organization (WHO) yang merupakan organisasi kesehatan dunia memperkirakan jumlah diabetesi di Indonesia akan mencapai 30 juta orang pada tahun 2030. Penyandang diabetes di Indonesia saat ini mencapai 19,6 juta orang. Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam survei Sosial Ekonomi Nasional menyebut 7,8 juta orang terindikasi menderita penyakit diabetes. Total biaya kesehatan dalam penanganan diabetes ini diperkirakan lebih dari 20 triliun per tahun.
Menurut data BPJS Kesehatan, diabetes menjadi salah satu diantara 10 besar penyakit dengan klaim tertinggi. Data tahun 2022, biaya yang ditanggung BPJS Kesehatan terkait penyakit diabetes mencapai 6,4 triliun. Oleh kareana itu perlu kesadaran masyarakat akan dampak diabetes terhadap kesehatan dan dampak sosial ekonomi nasional. Edukasi masyarakat tentang gaya hidup sehat dan pola makan yang baik perlu dilakukan oleh pemerintah, selain secara medis perlu diedukasi adanya keluhan-keluhan tertentu yang merupakan penanda penyakit diabetes oleh kalangan tenaga medis dan tenaga kesehatan.
Apakah Diabetes bisa Disembuhkan ?Sepertoi kita tahu bahwa dampak atau komplikasi penyakit diabetes sangat banyak, antara lain stroke, serangan jantung, impotensi, kebutaan, gagal ginjal dan lain sebagainya. Tentu hal tersebut menyebabkan penderita diabetes semakin takut dan panik, ditambah lagi dengan banyaknya mitos tentang diabetes yang tidak benar. Mitos seperti makan tertentu yang tidak boleh sama sekali, atau mitos tentang makanan tertentu yang dapat menyembuhkan, malah membuat diabetesi semakin tidak terkontrol kadar gulanya disamping membuat stres diabetesi.
Pemberian suplemen tertentu atau olahraga tertentu memang dapat menyebabkan kondisi diabetesi dalam keadaan baik yang sangat membantu kadar gula darah dapat stabil. Olahraga juga dapat mengurangi stres yang berdampak terhadap penurunan kadar gula darah. Bahkan pilar utama penanganan diabetes adalah pengaturan diit, olahraga rutin serta edukasi yang baik tentang diabetes. Obat diabetes diperlukan jika pilar tersebut diatas belum mampu membuat kadar gula darah stabil. Target penanganan pasien diabetes adalah agar kadar gula dalam darah dapat mencapai kadar normal, baik dengan atau tanpa minum obat.
Lalu kembali kepada pertanyaan diatas, apakah diabetes dapat sembuh? Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dimengerti dengan kita mengetahui proses terjadinya diabetes seperti disebutkan diatas, yaitu kurangnya atau kelelahan insulin yang mengakibatkan kadar gula darah tidak terkontrol. Kondisi kurang insulin yang mutlak seperti terjadi pada diabetes tipe 1 tidak dapat kembali normal atau tidak dapat disembuhkan, tetapi kadar gula dapat normal dengan tatalaksana yang baik oleh dokter. Demikian pun kondisi pada diabetes tipe 2 dan tipe lainnya yang tidak dapat kembali sembuh, tetapi dapat menjadi normal kadar gulanya. Jadi pada diabetesi dapat hidup normal seperti kebanyakan orang sehat lain, dengan pengaturan makan dan olahraga dengan teratur.
Selain kadar gula pada diabetesi dapat kembali normal, pengaturan pola makan dan olahraga dapat mencegah terjadinya diabetes. Lalu bagaimana cara mengatur pola makan agar terhindar dari diabetes?
Salah satu peran penting dalam mengatasi diabetes adalah kondisi mental yang baik dari para diabetesi. Kondisi stress dapat berpengaruh terhadap kenaikan kadar gula darah, sehingga perlu dilakukan edukasi yang benar kepada pasien agar tidak menambah stress. Hal tersebut sangat penting mengingat mitos atau kata orang, sering mempengaruhi pola pikir diabetesi. Dampaknya antara lain dalam hal pola makan. Karena takut dengan mitos dan kata orang, sebagian diabetesi bahkan tidak makan nasi sama sekali, atau tidak mau makan buah karena takut gula nya tinggi. Hal tersebut malah berdampak sebaliknya, yaitu terjadi komplikasi lain yang disebut hipoglikemia atau kadar gula yang sangat rendah, yang dapat berakibat fatal. Oleh karenanya prinsip pola makan yang benar perlu diketahui para diabetesi.
Prinsip pola makan diabetesi dikenal dengan singkatan 3 J, yaitu Jenis, Jumlah dan Jam. Diabetesi perlu mengetahui Jenis-jenis makanan yang tinggi karbohidrat atau kadar gula nya untuk dipilih jenis makanan yang rendah gula. Yang kedua jumlah, makanan dikurangi porsinya dari jumlah sebelumnya jika sebelumnya porsi makan nya banyak. Terakhir adalah Jam, artinya ada pengaturan waktu makan, karena diabetesi cenderung merasa lapar, jam makan harus diatur. Makan sehari 3 kali dengan porsi yang sesuai takaran serta jenis makanan yang rendah gula dapat membantu diabetesi tetap hidup sehat.
Penulis: dr. Darmanto
Editor: Joko Longkeyang