Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
ArtikelBerita

Filosofi Daun Kering, Belajar Menghargai Kebaikan yang Terlupakan

838
×

Filosofi Daun Kering, Belajar Menghargai Kebaikan yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Harianpemalang.id, Pemalang – Setiap hari, kita menyaksikan daun-daun gugur dari pohonnya. Lalu mengering. Dan akhirnya menjadi bagian dari tanah, atau bahkan disapu dan dibuang begitu saja. Jarang ada yang memperhatikannya. Jarang pula yang mengingat betapa penting perannya saat masih menghijau di rantingnya. Daun kering dianggap tidak berguna—bahkan kotoran.

Namun, apakah kita lupa bahwa sebelum ia mengering, ia adalah sumber kehidupan? Daun-daun itu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Mereka meneduhkan, menjadi rumah bagi serangga kecil, dan ikut menjaga keseimbangan ekosistem. Daun kering hanyalah fase akhir dari pengabdiannya.

Advertisement
Example 300x600
Scroll kebawah untuk lihat konten

Ironi ini sejatinya mencerminkan tabiat manusia yang mudah lupa akan jasa dan kebaikan. Begitu seseorang tak lagi memberi manfaat secara langsung, ia dilupakan, bahkan direndahkan. Padahal, mungkin di masa lalu, orang itulah yang pernah memberi pertolongan, dukungan, atau sekadar pelipur lara di saat sulit.

Sebagaimana daun kering yang pernah hijau dan bermanfaat, setiap orang pernah berjasa dalam hidup orang lain. Tetapi tak sedikit dari kita yang lebih cepat menunjuk kesalahan orang, daripada mengenang segala kebaikannya.

Jawabannya sederhana: karena manusia mudah tergoda menilai dari apa yang terlihat, bukan dari apa yang telah dilakukan. Kita menilai seseorang dari posisinya saat ini, bukan dari perjuangan atau pengorbanan yang pernah ia berikan.

Sebagian orang akan lebih mengingat satu kesalahan kecil dibandingkan seratus kebaikan yang pernah dilakukan. Itulah sebabnya banyak tokoh besar, pekerja keras, dan orang baik yang akhirnya terpinggirkan hanya karena satu momen yang tak ideal. Mereka menjadi “daun kering” dalam pandangan masyarakat—tak lagi dianggap penting.

Namun sesungguhnya, hikmah dari filosofi daun kering ini sangatlah besar. Ia mengajarkan kita untuk : Tidak cepat menghakimi. Setiap orang punya masa lalu, dan bisa jadi ia pernah menjadi cahaya bagi orang lain.

Kebaikan tidak selalu perlu dikenang dengan pujian, tetapi jangan pernah dilupakan. Menjaga lisan dan prasangka. Jangan hanya karena seseorang tidak lagi bersinar, lantas kita merasa berhak menjatuhkan martabatnya. Mensyukuri peran dan keberadaan orang lain. Sekecil apa pun kebaikannya, tetaplah ia bernilai.

Di tengah kehidupan yang serba cepat dan kompetitif ini, mari kita belajar untuk lebih menghargai, lebih sabar dalam menilai, dan lebih adil dalam melihat seseorang. Jangan sampai kita menjadi bagian dari mereka yang hanya tahu mencela, tetapi lupa pernah menerima kebaikan dari yang dicela.

Semangat beraktivitas. Semoga kita semua selalu sehat, sukses, sabar, dan mampu mensyukuri segala nikmat dan karunia-Nya. Aamiin.

Oleh: Ahmad Joko,SSp, S.H.



Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *