Harianpemalang.id, Pemalang – Wakil Bupati Pemalang Nurkholes meninjau secara langsung penggunaan Motah-25 (Mesin Olah Runtah) di Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Motah Berseri yang berlokasi di Jalan Serayu, Kelurahan Kebondalem, Sabtu (24/05/2025).
TPS3R Kebondalem menjadi lokasi pertama di Kabupaten Pemalang yang menerapkan teknologi pengolahan sampah menggunakan Motah-25. Mesin ini bekerja tanpa bahan bakar dan tanpa pasokan listrik, sehingga dinilai lebih efisien serta ramah lingkungan.
“Mesin incinerator pengolah sampah ini luar biasa. Biasanya di sini banyak tumpukan sampah, sekarang sudah terolah dengan cepat. Diperkirakan, dalam satu jam bisa mengolah satu ton sampah. Target maksimalnya bisa mencapai 15 ton per hari,” ungkap Nurkholes.
Ia menambahkan bahwa proses pengolahan akan semakin cepat apabila sampah telah dipilah sejak dari rumah.
“Seandainya sampah ini sudah dipilah oleh masyarakat, prosesnya akan jauh lebih cepat. Bahkan bisa lebih dari 15 ton per hari. Kami sangat membutuhkan dukungan dari warga,” imbuhnya.
Wakil Bupati pun berharap masyarakat mulai membiasakan diri memilah sampah sebelum membuangnya ke TPS.
“Jika warga membuang sampah dalam kondisi sudah terpilah, maka proses di TPS akan lebih mudah. Ini akan mempercepat kebersihan lingkungan, terutama di kota,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pemalang, Wiji Mulyati, menyampaikan bahwa Kabupaten Pemalang menjadi yang pertama di Jawa Tengah yang menerapkan Motah-25 dalam pengolahan sampah.
“Motah ini sangat membantu kami, terutama dalam menangani darurat sampah di Pemalang. Dengan kapasitas satu ton per jam dan tiga shift kerja, kami bisa menyelesaikan hingga 15–20 ton sampah dalam sehari di satu TPS,” jelas Wiji.
Ia juga menegaskan pentingnya edukasi kepada masyarakat terkait pemilahan sampah.
“Jika sampah dipilah sejak dari rumah, pekerjaan petugas jadi lebih ringan, dan kapasitas mesin bisa dimaksimalkan. Apalagi mesin ini tidak menghasilkan asap dan suhu tungkunya mencapai 1.060 hingga 1.100 derajat Celsius. Ini pembakaran sempurna yang bebas furan dan dioksin,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wiji mengatakan bahwa residu hasil pembakaran hanya sekitar 5% berupa abu, yang bahkan masih bisa dimanfaatkan kembali, misalnya untuk bahan baku paving block.**( Joko Longkeyang ).